Perang Thailand vs Kamboja Memanas! Korban Jiwa Terus Bertambah, Ribuan Warga Mengungsi

BERITA TERKINI15 Dilihat

Jakarta – Phnom Penh – Bangkok | Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja yang meletus kembali sejak awal Juli 2025 kini semakin menunjukkan eskalasi yang mengkhawatirkan. Data terbaru dari laporan gabungan kemanusiaan menyebutkan bahwa jumlah korban tewas dan luka-luka terus meningkat, seiring intensitas pertempuran yang makin sering terjadi di wilayah perbatasan kedua negara.

Hingga Selasa malam (22/7), dilaporkan bahwa korban jiwa telah melampaui 20 orang, dengan lebih dari 100 warga sipil terluka dan ribuan lainnya terpaksa mengungsi. Ledakan artileri dan baku tembak yang terjadi di sejumlah titik menjadikan kawasan seperti Provinsi Surin (Thailand) dan Oddar Meanchey (Kamboja) kini berubah menjadi zona konflik aktif.

Pertempuran Semakin Sengit di Titik-Titik Strategis Perbatasan

Menurut laporan dari koresponden lokal dan organisasi kemanusiaan internasional, bentrokan paling brutal terjadi di sekitar kompleks Candi Preah Vihear dan perbukitan Dangrek yang selama ini menjadi lokasi sengketa lintas batas.

Militer kedua negara saling menuduh pihak lawan sebagai provokator utama. Thailand mengklaim bahwa pos militernya diserang lebih dahulu, sedangkan Kamboja menuduh Thailand telah melanggar wilayah darat dan udara.

“Kami tidak akan tinggal diam jika teritori kami dilanggar,” ujar Jenderal Samreth Yorn, Komandan Divisi Infanteri Kamboja.

Di sisi lain, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Thailand menyebut bahwa, “Pasukan kami hanya merespons serangan lintas batas secara defensif.”

Korban Sipil Terus Bertambah, Warga Sipil Jadi Tumbal Perang

Meningkatnya intensitas serangan membuat warga sipil menjadi korban paling rentan. Laporan dari Palang Merah Internasional (ICRC) mencatat sedikitnya:

  • 2.500 orang mengungsi dari desa-desa di zona merah
  • 17 anak-anak terluka akibat pecahan peluru
  • 5 sekolah dan 3 rumah sakit rusak ringan hingga berat
  • 7 warga sipil tewas dalam sepekan terakhir

Ribuan orang kini ditampung di kamp-kamp pengungsian sementara di wilayah Aranyaprathet (Thailand) dan Siem Reap (Kamboja), dengan keterbatasan logistik, air bersih, dan akses kesehatan yang minim.

ASEAN Desak Gencatan Senjata, Dunia Internasional Mulai Bereaksi

Menyikapi semakin besarnya potensi krisis kemanusiaan, ASEAN melalui Sekretariatnya di Jakarta mendesak kedua negara untuk segera melakukan gencatan senjata dan membuka kembali ruang dialog diplomatik.

Presiden Indonesia selaku Ketua ASEAN saat ini menyampaikan pernyataan keras:

“Kawasan ini tidak butuh perang. ASEAN siap memediasi asalkan kedua pihak mau mengutamakan perdamaian.”

Negara-negara seperti Jepang, Australia, hingga Uni Eropa juga telah menyuarakan keprihatinan dan meminta DK PBB untuk mengagendakan pertemuan darurat jika situasi tak kunjung membaik.

Sejarah Lama, Luka Lama: Sengketa Preah Vihear Jadi Pemicu Utama

Perlu diketahui, akar dari konflik ini berasal dari sengketa atas wilayah Candi Preah Vihear, warisan budaya UNESCO yang secara hukum internasional diklaim milik Kamboja melalui keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) tahun 1962.

Namun hingga hari ini, area sekitar candi masih disengketakan, termasuk beberapa kilometer wilayah dataran tinggi yang dianggap memiliki nilai strategis militer.

Beberapa konflik bersenjata sebelumnya pernah terjadi, seperti pada tahun 2008 dan 2011, namun tidak pernah benar-benar menghasilkan resolusi permanen.

Militer Kedua Negara Dikerahkan Penuh, Perang Skala Luas Mengancam

Laporan intelijen sipil menyebut bahwa militer Thailand telah mengirim tambahan 3 batalyon ke perbatasan, sementara Kamboja memperkuat pertahanan udara dan pasukan cadangan. Meski belum disebut sebagai “perang total”, namun mobilisasi ini menggambarkan situasi yang berada di ambang konflik regional berskala luas.

Di tengah berita yang terus bergulir, netizen dari berbagai negara Asia Tenggara bersatu menyuarakan doa dan solidaritas. Tagar #PrayForASEAN, #StopTheWar, dan #SaveCivilians trending di platform X (Twitter), TikTok, hingga Instagram. Banyak warganet berharap agar diplomasi kembali diutamakan, mengingat kawasan Asia Tenggara selama ini dikenal damai dan stabil.

Perlu Keberanian untuk Berdamai, Sebelum Terlambat

Perang Thailand vs Kamboja kembali menunjukkan bahwa sejarah tak akan berhenti menyakiti jika tak diselesaikan dengan kepala dingin dan hati besar. Ketika korban jiwa terus berjatuhan, dan warga sipil menjadi tumbal kekerasan, saatnya kedua negara mengakhiri spiral dendam dan duduk bersama.

ASEAN dan dunia menanti. Perdamaian di kawasan ini tidak boleh menunggu lebih banyak darah mengalir.

BACA ARTIKEL LAINNYA DISINI>> https://smkpgricepu.sch.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *